Salah satu mimpi buruk dalam kehidupan Marx adalah ketertarikannya kepada Faust karya Goethe, sebuah kisah tentang pemuda yang batinnya mengalami perang antara kebaikan dan keburukan. Dia kemudian mengadakan perjanjian dengan Setan. Faust ini kemudian menukar jiwanya (melalui perantara Mephistopheles) untuk mendapatkan kehidupan yang menyenangkan dan hak mutlak untuk menguasai dunia melalui tenaga kerja. Faust Goethe adalah seperti Injil bagi Marx. Dia mengingat semua ucapan Mephitopheles, dan dapat membacakan bagian yang panjang-panjang kepada anaknya (Dia juga menykai Shakespeare).
Saat dia masih mahasiswa di Universitas Berlin pada 1837, Marx menulis sajak-sajak romantis yang dipersembahkan untuk Jenny von Westphalen. Salah satu sajaknya, “The Player”, dipublikasikan di majalah Jerman, Althenaeum, pada 1841. Puisi ini mendeskripsikan seorang pemain violin yang bisa memanggil kekuatan kegelapan. Pemain itu, entah itu Lucifer atau Mephistopheles, mengatakan:
Lihat, pedangku yang berdarah hitam akan menghujam
Tepat menembus jiwamu
Tuhan tak tahu seni dan tak menghargainya
Uap neraka menguap dan mengisi otak
Sampai aku gila dan hatiku berubah
Lihat pedang ini, Pangeran Kegelapan telah menjualnya padaku
Demi aku dia menghancurkan masa dan memberi tanda
Aku kini memainkan tarian kematian
Dikutip dari: Mark Skousen, ”The Making of Modern Economics: Te Lives and Ideas of the Great Thingkers”, diterjemahkan oleh Tri Wibowo Budi Santoso.
Senin, 31 Maret 2008
Ayat-ayat Setan Karl Marx
Label: Intermezzo
Diposting oleh Muhamad Robbyal W. di 20.38
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar